STRATEGI PEMBELAJARAN
BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA
Makalah Ini Dibuat
untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Strategi
Pembelajaran
Di susun oleh:
Dini Pratama
Laeli Siti Badriyah
Nurhasanah
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH ISLAMIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM CIAMIS
2014
KATA
PENGANTAR
Bismillaahirrohmaanirrohiim.
Segala puji dan syukur kita panjatkan
kepada Alloh SWT yang telah memberikan segala nikmat-Nya dan dengan nikmat
tersebut kami dapat membuat dan menyelesaikan makalah ini sebagai tugas mata
kuliah Strategi Pembelajaran. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kebodohan ke zaman
kemajuan.
Dalam pembuatan makalah ini tentunya
tidak lepas dari kekurangan. Oleh karena itu, kami ucapkan permohonan maaf kepada
semua pihak dan kami haturkan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini.
Selanjutnya, kami mengharap kritik dan
saran yang membangun dari berbagai pihak karena kami menyadari makalah ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan yang masih jauh dari
kesempurnaan.
Akhirnya, mudah-mudahan makalah yang
sederhana ini memberikan manfa’at khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa
saja yang sempat membacanya.
Ciamis, Oktober 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar .............................................................................................. i
Daftar
Isi ....................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ......................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C.
Tujuan Pembahsan .................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Strategi, Metode, dan Pendekatan Pembelajaran ................... 3
B.
Jenis-jenis Strategi Pembelajaran .............................................................. 5
C.
Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran........................................ 6
D. Prinsip-prinsip Strategi Pembelajaran dalam Konteks
Standar Proses
Pendidikan 7
E. Pembelajaraan Berorientasi Aktivitas Siswa.............................................. 10
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 15
B. Saran ......................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada mulanya strategi digunakan
dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan
militer untuk memenangkan suatu peperangan. Seorang yang berperan mengatur
strategi, untuk memenangkan peperangan sebelum melakukan suatu tindakan, ia
akan menimbang bagaimana kekuatan pasukan yang dimilikinya baik dilihat dari
kuantitas maupun kualitas, selanjutnya ia akan mengumpulkan informasi tentang
kekuatan lawan yang akan dihadapinya. Setelah mengetahui semuanya, baru
kemudian ia akan menyusun tindakan yang harus ia lakukan.
Gambaran mengenai itu semua sebenarnya
bisa diterapkan oleh kita dalam kehidupan sehari-hari, apalgi untuk seorang
pendidik. Seorang pendidik harus menyusun strategi dengan matang sebelum memberikan
pembelajaran kepada siswa, agar tujuan yang hendak kita inginkan bisa tercapai
dengan semaksimal mungkin.
Strategi dalam pembelajaran ini
menuntut untuk siswa bisa termotivasi untuk belajar, bisa mengeksplorasi
pengetahuan yang dimilikinya, berani untuk maju ke depan, dan sebagainya.
Oleh karena itu, dalam pembahasan kali ini akan membahas tentang pengertian strategi,
metode, dan pendekatan, jenis-jenis pembelajaran, pertimbangan pemilihan
strategi pembelajaran, prinsip-prinsip penggunaan strategi pembelajaran, dan
pembelajaran brorientasi aktivitas siswa.
B.
Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah dalam makalah “Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas
Siswa” adalah sebagai berikut:
- Apa pengertian dari strategi, metode, dan pendekatan?
- Apa saja jenis-jenis strategi pembelajaran?
- Bagaimana cara pertimbangan pemilihan strategi pembelajaran?
- Apa saja prinsip-prinsip penggunaan strategi pembelajaran dalam konteks strandar proses pendidikan?
- Bagaimana pembelajaran berorientasi aktivitas siswa?
C.
Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan
pada makalah ini, yaitu sebagai berikut:
- Untuk mengetahui pengertian dari strategi, metode, dan pendekatan
- Untuk mengetahui jenis-jenis strategi pembelajaran
- Untuk mengetahui pertimbangan pemilihan strategi pembelajaran
- Untuk mengetahui prinsip-prinsip penggunaan strategi pembelajaran dalam konteks strandar proses pendidikan
- Untuk mengetahui pembelajaran berorientasi aktivitas siswa
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Strategi, Metode, dan Pendekatan Pembelajaran
Strategi
Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan method, or series of activities
designed to achivies a particular educational goal (J.R. David, 1976).
Jadi, dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan
yang berisi tentang rangkaian kegiatan yag didesain untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah
suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapat
di atas, Dick and Carey (1985) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu
suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama
untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.
Metode
Upaya mengimplementasikan rencana yang sudah disusun
dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal,
ini yang dinamakan dengan metode. Ini
berarti metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, bisa terjadi satu strategi pembelajaran digunakan beberapa
metode.
Strategi berbeda dengan metode. Strategi menunjuk
pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara
yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan kata lain, strategi
adalah a plan of operation achieving
something; sedangkan metode adalah a
way in achieving something.
Pendekatan
Istilah lain yang juga memiliki
kemiripan dengan strategi adalah
pendekatan (approach). Sebenarnya
pendekatan berbeda baik dengan strategi maupn metode. Pendekatan dapat
diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karena itu, strategi dan
metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari
pendekatan tertentu.
Roy
Killen (1998) misalnya mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu
pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred
approche) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centred approche). Pendekatan yang berpusat pada guru
menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct
intruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi
pembelajaran discovery dan inkuiri
serta strategi pembelajaran induktif.
Teknik
dan Taktik
Teknik dan taktik mengajar merupakan
penjabaran dari metode pembelajaran.
Teknik adalah cara yang dilakukan
seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Mislanya, cara yang
bagaimana yang harus dilakukan agar metode ceramah yang dilakukan berjalan
efektif dan efisien? Dengan demikian, sebelum seseorang melakukan proses
ceramah sebaiknya memperhatikan kondisi dan situasi. Misalnya, berceramah pada
siang hari dengan jumlah siswa yang banyak tentu saja akan berbeda jika ceramah
itu dilakukan pada pagi hari dengan jumlah siswa yang terbatas.
Taktik adalah gaya seseorang dalam
melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. Dengan demikian, taktik
sifatnya lebih individual. Misalnya, walaupun dua orang sama-sama menggunakan
metode ceramah dalam situasi dan kondisi yang sama, sudah pasti mereka akan
melakukannya secara berbeda, misalnya dalam taktik menggunakan gaya bahasa agar
materi yang disampaikan mudah dipahami.
Dari penjelasan di atas, maka dapat
ditentukan bahwa suatu strategi pembelajaran yang diterapkan guru akan
tergantung pada pendekatan yang digunakan; sedangkan bagaimana menjalankan strategi
itu dapat ditetapkan berbagai metode pembelajaran. Dalam
upaya menjalankan metode pembelajaran guru dapat menentukan teknik yang
dianggapnya relevan dengan metode, dan penggunaan teknik itu setiap guru
memiliki taktik yang mengkin berbeda antara guru yang satu dengan yang lain (Wina
Sanjaya, 2006: 125-128).
B.
Jenis-jenis Strategi Pembelajaran
Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat
digunakan. Rowntree (1974) mengelompokkan ke dalam strategi
penyampaian-penemuan atau exposition-discovery
learning, dan strategi pembelajaran kelompok dan strategi pembelajaran
individual atau groups-individual
learning.
1.
Strategi Exposition
Strategi ini, bahan
pelajaran ini disajikan kepada siswa dalam bentuk jadi dan siswa dituntut untuk
menguasai bahan tersebut. Roy Killen menyebutnya dengan strategi pembelajaran
langsung (direct intruction).
Dikatakan strategi pembelajaran, karena materi pelajaran disajikan begitu saja
kepada siswa, siswa tidak dituntut untuk mengolahnya. Kewajiban siswa adalah
menguasainya secara penuh. Dengan demikian, dalam strategi ekspositori guru
berfungsi sebagai penyampai informasi.
2.
Strategi Discopery
Dalam strategi ini,
bahan pelajaran dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa melalui berbagai
aktivitas, sehingga tugas tugas guru lebih banyak sebagai fasilitator dan
pembimbing bagi siswanya. Karena sifatnya yang demikian strategi ini sering
juga dinamakan strategi pembelajaran tidak langsung.
3.
Strategi Individual
Strategi belajar
individual dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan, kelambatan, dan
keberhasilan pembelajaran siswa sangat ditentukan oleh kemampuan individu siswa
yang bersangkutan. Contoh dari strategi pembelajaran ini adalah belajar melalui
modul, atau belajar bahasa melalui kaset audio.
4.
Strategi Kelompok
Strategi pembelajaran
kelompok dilakukan secara beregu. Sekelompok siswa diajar oleh seorang atau
beberapa orang guru. Bentuk belajar kelompok itu bisa dalam pembelajaran
kelompok besar atau pembelajaran klasikal; atau bisa juga dengan
kelompok-kelompok kecil semacam buzz group.
Strategi kelompok tidak memerhatikan kecepatan belajar individual. Setiap
individu dianggap sama.
5.
Strategi Pembelajaran Deduktif
Strategi pembelajaran
deduktif adalah strategi pembelajaran yang dilakukan dengan mempelajari
konseo-konsep terlebih dahulu untuk kemudian dicari kesimpulan dan
ilustrasi-ilustrasi; atau bahan pelajaran yang dipelajari dimulai dari hal-hal
yang abstrak, kemudaian secara perlahan-lahan menuju hal yang konkret. Strategi
ini disebut juga starategi pembelajaran umum ke khusus.
6.
Strategi Pembelajaran Induktif
Strategi pembelajaran
induktif ini kebalikan dari strategi deduktif, pada strategi ini bahan yang
dipelajari dimulai dari hal-hal yang konkret atau contoh-contoh yang kemudian
secara perlahan siswa dihadapkan pada materi yang kompleks dan sukar. Strategi
ini kerap dinamakan strategi pembelajaran dari khusus ke umum (Wina Sanjaya, 2006: 128-129).
C.
Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran
Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan
informasi dan kemampuan baru. Ketika kita berpikir informasi dan kemampuan apa
yang harus dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu juga kita semestinya
berpikir strategi apa yang harus dilakukan agar semua itu dapat tercapai secara
efektif dan efisien. Oleh karena itu sebelum menentukan pembelajaran yang dapat
digunakan, ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan.
1)
Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang
ingin dicapai.
-
Apakah tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan aspek kognitif, afektif, atau
psikomotor?
-
Bagaimana
kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, apakah tingkat tinggi atau
rendah?
2)
Pertimbangan ang berhubungan dengan bahan atau
materi pembelajaran.
-
Apakah materi
pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum atau teori tertentu?
-
Apakah untuk
mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan persyaratan tertentu atau tidak?
3)
Pertimbangan dari sudut siswa.
-
Apakah strategi
pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan siswa?
-
Apakah strategi
pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi siswa?
4)
Pertimbangan-pertimbangan lainnya.
-
Apakah untuk
mencapai tujuan hanya cukup dengan satu strategi saja?
-
Apakah strategi
itu memiliki nilai efektivitas dan efisiensi?
Pertanyaan-pertanyaan di atas merupakan bahan
pertimbangan dalam menetapkan strategi yang diterapkan. Misalnya untuk mencapai
tujuan yang berhubungan dengan aspek kognitif, akan memiliki strategi yang
berbeda dengan upaya mencapai tujuan afektif dan psikomotor. Demikian juga
halnya, dengan mempelajari bahan pelajaran yang bersifat fakta akan berbeda
dengan mempelajari bahan pembuktian suatu teori, dan lain sebagainya (Wina Sanjaya, 2006: 129-131).
D.
Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran
dalam Konteks Standar Proses Pendidikan
Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip dalam bahasa
ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan strategi
pembelajaran. Prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran adalah bahwa tidak
semua strategi pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan dan
semua keadaan.
Prinsip-prinsip umum penggunaan strategi
pembelajaran sebagai berikut:
1)
Berorientasi pada Tujuan
Dalam sistem pembelajaran tujuan
merupakan komponen yang utama. Segala aktivitas guru dan siswa, mestilah
diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Tujuan pembelajaran
dapat menentukan suatu strategi yang harus digunakan guru.
2)
Aktivitas
Belajar adalah berbuat, memperoleh
pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu, strategi
pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa. Aktivitas tidak dimaksudkan
terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas yang
bersifat psikis seperti aktivitas mental.
3)
Individualitas
Mengajar adalah usaha mengembangkan
setiap individu siswa. Walaupun kita mengajar pada sekelompok siswa, namun pada
hakikatnya yang ingin kita capai adalah perubahan perilaku setiap siswa.
4)
Integritas
Mengajar harus dipandang sebagai
usaha mengembangkan seluruh siswa. Mengajar bukan hanya mengembangkan kognitif
saja, akan tetapi juga meliputi pengembangan aspek afektif dan aspek
psikomotor. Oleh karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan
seluruh aspek kepribadian siswa secara terintegrasi. Penggunaan metode diskusi,
contohnya, guru harus dapat merancang strategi pelaksanaan diskusi tak hanya
terbatas pada pengembangan aspek intelektual saja, tetapi harus mendorong siswa
agar mereka bisa berkembang secara keseluruhan, misalkan mendorong agar siswa
dapat menghargai pendapat orang lain.
Di samping itu, Bab IV Pasal 19 Pemerintah
No. 19 Tahun 2005 dikatakan bahwa
proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara intekatif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik, serta psikologis peserta didik.
Sesuai dengan isi peraturan
pemerintah di atas, maka ada sejumlah prinsip khusus dalam pengelolaan
pembelajaran, sebagai berikut:
ü Interaktif
Prinsip interaktif mengandung makna
bahwa mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan pengetahuan dari guru ke siswa;
akan tetapi mengajar dianggap sebagai proses mengatur lingkungan yang dapat
merangsang siswa untuk belajar. Dengan demikian proses pembelajaran adalah
proses interaksi baik antara guru dan siswa, antara siswa dan siswa, maupun
antara siswa dengan lingkungannya. Melalui proses interaksi, memungkinkan
kemampuan siswa akan berkembang baik mental maupun intelektual.
ü Inspiratif
Proses pembelajaran adalah proses
yang inspiratif, yang memungkinkan siswa untuk mencoba dan melakukan sesuatu.
Berbagi proses dan pemecahan masalah bukan harga mati, yang bersifat mutlak,
akan tetapi merupakan hipotesis yang merangsang siswa untuk mau mencoba dan
mengujinya. Oleh karena itu, guru mesti membuka berbagai kemungkinan yang dapat
dikerjakan siswa. Biarkan siswa berbuat dan berfikir sesuai dengan inspirasi
sendiri, sebab pengetahuan pada dasarnya bersifat subjektif yang bisa dimaknai
oleh setiap subjek belajar.
ü Menyenangkan
Proses pembelajaran adalah proses
yang dapat mengembangkan seluruh potensi siswa. Seluruh potensi itu hanya
mungkin dapat berkembang manakala siswa terbebas dari rasa takut, dan
menegangkan. Oleh karena itu perlu diupayakan agar proses pembelajaran
merupakan proses yang menyenangkan (enjoyful
learning). Proses pembelajaran bisa dilakukan, pertama, dengan menata ruang yang apik dan menarik, yaitu yang
memenuhi unsur kesewhatan, misalnya pengaturan cahaya, ventilasi, dan
sebagainya; serta memenuhi unsur keindahan, misalnya cat tembok yang segar dan
bersih, bebas dari debu, pas bunga, dan sebagainya. Kedua, melalui pengelolaan pembelajaran yang hidup dan bervariasi,
yakni dengan menggunakan pola dan model pembelajaran, media dan sumber belajara
yang relevan serta gerakan-gerakan guru yang mampu membangkitkan motivasi
belajar siswa.
ü Menantang
Proses pembelajaran adalah proses yang menantang siswa
untuk mengembangkan kemampuan berpikir, yakni merangsang kerja otak secara
maksimal. Kemampuan tersebuat dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rsa
ingin tahu siswa melalui kegiatan mencoba-coba, berpikir secara intuitifa atau
bereksplorasi. Apa pun yang diberikan dan dilakukan guru harus dapat merangsang
siswa untuk berpikir (learning how to learn)
dan melakukan (learning ho to do).
ü Memotivasi
Motivasi adalah aspek yang sangat
penting untuk membelajarkan siswa. Tanpa adanya motivasi, tidak mungkin siswa
memiliki kemauan untuk belajar. Oleh karena itu, membangkitkan motivasi
merupakan salah satu peran dan tugas guru dalam setiap proses pembelajaran.
Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang memungkinkan siswa untuk
bertindak atau melakukan sesuatu. Dorongan itu hanya mungkin muncul dalam diri
siswa manakala siswa merasa butuh (need).
Siswa yang merasa butuh akan bergerak dengan sendirinya untuk memenuhi
kebutuhannya. Oleh sebab itu dalam rangka membangkitkan motivasi, guru harus
dapat menunjukan pentingnya pengalaman dan metari belajar bagi kehidupan siswa,
dengan demikian siswa akan belajar bukan hanya sekedar untuk memperoleh nilai
atau pujian akan tetapi didorongan oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan.
(Wina Sanjaya, 2006: 131-135).
E.
Pembelajaran
Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS)
Dalam strandar proses
pendidikan, pembelajaran didesain untuk membelajarkan siswa. Artinya, sistem
pembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dengan kata lain,
pembelajaran ditekankan atau berorientasi pada aktivitas siswa (PBSA).
Ada beberapa asumsi perlunya
pembelajaran berorientasi pada siswa. Pertama,
asumsi filosofi tentang pendidikan. Hakikat pendidikan pada dasarnya: a)
interaksi manusia, b) pembinaan dan pengembangan potensi manusia, c)
berlangsung sepanjang hayat.
Kedua,
asumsi
tentang siswa sebagai subjek pendidikan. a) siswa bukanlah manusia dalam ukuran
mini, akan tetapi manusia yang sedang dalam tahap perkembangan, b) setiap
manusia mempunyai kemampuan yang berbeda, c) anak didik pada dasarnya adalah
insan aktif, kreatif, dan dinamis dalam mengahadapi lingkungan.
Ketiga, asumsi tentang guru adalah:
a) bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar peserta didik, b) guru
memiliki kemampuan professional dalam mengajar, c) guru mempunyai kode etik
keguruan.
Keempat,
asumsi
yang berkaitan dengan proses pengajaran adalah a) bahwa proses pengajaran
direncanakan dan dilaksanakan sebagai suatu system, b) peritiwa belajar akan
terjadi manakala anak didik berinteraksi dengan lingkungan yng diatur oleh guru, c) proses pengajaran akan lebih
aktif apabila menggunakan metode dan tekik yang tepat dan berdaya guna.
1.
Konsep dan
Tujuan PBAS
Ada dua hal yang harus
dipahami. Pertama, dipandang dari
sisi proses pembelajaran, PBAS menekankan kepada aktivitas siswa secara
optimal, artinya PBAS menghendaki keseimbangan antara aktivitas fisik, mental,
termasuk emosional, dan aktivitas intlektual. Kedua, dipandang dari sisi hasil belajar, PBAS menghendaki hasil
belajar yang seimbang dan terpadu antara kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotor. PBAS bertujuan menjadikan siswa bukan hanya cerdas tetapi juga
berakhlak.
2.
Peran Guru dalam
Implmentasi PBAS
Dalam implementasi PBAS,
guru tidak berperan sebagai satu-satunya sumber belajar yang bertugas
menuangkan manteri pelajaran kepada siswa, akan tetapi yang lebih penting
adalah bagaimana memfasilitasi agar siswa dapat belajar. Oleh karena itu,
penerapan PBAS menuntut guru untuk kreatif dan inovatif sehingga mampu
menyesuaikan kegiatan mengajarnya dengan gaya dan karakterisik belajar siswa.
Untuk itu ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan guru, diantaranya:
ü Mengemukakan
berbagai alternatif tujuan pembelajaran yang harus dicapai sebelum kegiatan
pembelajaran dimulai.
ü Menyusun
tugas-tugas belajar bersama siswa.
ü Memberikan
informasi tentang kegiatan pembelajaran yang haus dilakukan.
ü Memberikan
bantuan dan pelayanan kepada siswa yang memerlukannya.
ü Memberikan motivasi,
mendorong siswa untuk belajar, membimbing, dan sebagainya.
ü Membantu siswa
dalam menarik kesimpulan.
Dengan demikian, guru tidak
menempatkan diri sebagai sumber informasi, tetapi berperan sebagai petunjuk dan
fasilitator dalam memanfaatkan sumber belajar.
3.
Penerapan PBAS
dalam Proses Pembelajaran
Salah satu hal yang dapat
kita lakukan untuk mengetahui apakah suatu proses pembelajaran memiliki kadar
PBAS yang tinggi, sedang, atau lemah, dapat dilihat dari kriteria penerapan
PBAS dalam proses pembelajaran. Kreiteria tersebut menggambarkan sejauhmana
keterlibatan siswa dlam pembelajaran baik dalam perencanaan pembelajaran,
proses pembelajaran, maupun dalam mengevaluasi hasil pembelajaran. Semakin
siswa terlibat dalam ketiga aspek tersebut, maka kadar PBAS semakin tinggi.
a.
Kadar PBAS
dilihat dari proses perencanaan
-
Adanya keterlibatan siswa dalam merumuskan tujuan
pemebelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan serta pengalaman dan
motivasi yang dimiliki sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kegiatan
pembelajaran.
-
Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun rancangan
pembelajaran.
-
Adanya keterlibatan siswa dalam menentukan dan memilih
sumber belajar yang diperlukan.
b.
Kadar PBAS
dilihat dari proses pembelajaran
-
Adanya keterlibatan siswa baik secara fisik, mental,
emosional maupun intelektual dalam setiap proses pembelajaran.
-
Adanya keinginan siswa untuk menciptakan iklim belajar
yang kondusif.
-
Keterlibatan siswa dalam mencari dan memanfaatkan
setiap sumber belajar yang tersedia yang dianggap relevan dengan tujuan
pembelajaran.
c.
Kadar PBAS ditinjau dari kegiatan evaluasi
pembelajaran
-
Adanya keterlibatan siswa untuk mengevaluasi sendiri
hasil pembelajaran yang telah dilakukannya.
-
Keterlibatan siswa secara mandiri untuk melaksanakan
kegiatan semacam tes dan tugas-tugas yang harus dikerjakannya.
-
Kemauan siswa untuk menyusun laporan baik tertulis
maupun secara lisan berkenaan hasil belajar yang diperolehnya.
4.
Faktor yang
Mempengaruhi Keberhasilan PBAS
a.
Guru
Dalam proses pembelajaran
dalam kelas, guru merupakan ujung tombak yang sangat menentukan keberhasilan
penerapan PBAS, karena guru merupakan orang yang berhadapan langsung dengan
siswa. Ada beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan PBAS dipandang dari
sudut guru, yaitu:
-
Kemampuan guru
Guru yang memiliki kemampuan tinggi akan bersikap kreatif dan inofatif
yang selamanya akan mencoba dan mencoba menerapkan berbagai penemuan baru yang
dianggap lebih baik untuk membelajarkan siswa.
-
Sikap profesional guru
Sikap profesioanal guru berhubungan dengan motivasi yang tinggi dalam
melaksanakan tugas mengajarnya. Guru yang profesioanal selamanya akan berusaha
untuk mencapai hasil yang optimal. PBAS tidak akan berhasil diimplementasikan
oleh guru yang memiliki motivasi yang rendah.
-
Latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar guru
Latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar guru akan sangat
berpengaruh terhadap implementasikan PBAS. Dengan latar belakang pendidikan
yang tinggi, memungkinkan guru memiliki pandangan dan wawasan yang luas
terhadap variable-variabel pembelajaran seperti pemahaman tentang psikologi
anak, unsure lingkungan dan gaya belajar siswa, pemahaman berbagai model, dan
metode pembelajaran.
b.
Sarana Belajar
-
Ruang Kelas
Kondisi ruang kelas merupakan faktor yang menentukan keberhasilan
penerapan PBAS. Ruang kelas yang terlalu sempit misalnya, akan mempengaruhi
kenyamanan siswa dalam belajar, dan juga penataan kondisi tempat duduk siswa.
PBAS yang menghendaki siswa aktif, sebaiknya tempat duduk tidak bersifat
statis, tetapi seharusnya dinamis.
-
Media dan Sumber Belajar
PBAS merupakan pendekatan pembelajaran yang menggunakan multimetode dan
multimedia. Artinya, melalui PBAS siswa memungkinkan untuk belajar dari
berbagai sumber informasi secara mandiri, baik dari media grafis seperti buku,
majalah, surat kabar, dan lain-lain; atau dari media elektronik seperti radio,
computer, video, dan lain-lain.
c.
Lingkungan
Lingkungan belajar merupakan
faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan PBAS. Ada dua hal yang
termasuk ke dalam faktor lingkungan belajar, yaitu lingkungan fisik dan
lingkungan psikologis. Lingkungan fisik meliputi keadaan dan kondisi sekolah
misalnya, jumlah kelas, perpustakaan, kantin, dan sebagainya; selain itu
keadaan dan jumlah guru, misalnya kesesuaian bidang studi yang melatarbelakangi
pendidikan guru dengan mata pelajaran yang diberikannya.
Sedangkan lingkungan
psikologis adalah iklim social yang ada di lingkungan sekolah itu. Misalnya,
keharmonisan hubungan antara guru dengan guru, antara guru dan kepala sekolah,
dan lain-lain. Oleh karena itu, tidak mungkin PBAS dapat diimplementasikan dengan
sempurna manakala tidak terjalin hubungan yang baik anatara semua pihak yang
terlibat (Wina Sanjaya, 2006: 135-146).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
ª Suatu strategi pembelajaran yang diterapkan guru
akan tergantung pada pendekatan yang digunakan; sedangkan bagaimana menjalankan
strategi itu dapat ditetapkan berbagai metode pembelajaran. Dalam
upaya menjalankan metode pembelajaran guru dapat menentukan teknik yang
dianggapnya relevan dengan metode, dan penggunaan teknik itu setiap guru
memiliki taktik yang mengkin berbeda antara guru yang satu dengan yang lain.
ª Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat
digunakan. Rowntree (1974) mengelompokkan ke dalam strategi
penyampaian-penemuan atau exposition-discovery
learning, dan strategi pembelajaran kelompok dan strategi pembelajaran
individual atau groups-individual
learning.
ª Pertimbangan
pemilihan strategi pembelajaran yaitu: a) pertimbangan yang berhubungan dengan
tujuan yang ingin dicapai; b) pertimbangan yang berhubungan dengan bahan
pembelajaran; c) pertimbangan dari sudut siswa; d) pertimbangan-pertimbangan lainnya.
ª Prinsip-prinsip penggunaan strategi pembelajaran
yaitu: a) berorientasi pada tujuan; b) aktivitas; c) individualitas; d) integritas.
ª Proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara intekatif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik.
ª Ada beberapa
asumsi perlunya pembelajaran berorientasi pada siswa. Pertama, asumsi filosofi tentang pendidikan. Kedua, asumsi tentang siswa sebagai subjek. Ketiga, asumsi tentang guru. Keempat,
asumsi yang berkaitan dengan proses pengajaran.
ª Hal yang menunjukan bahwa mengajar yang didesain guru
harus berorientasi pada aktivitas siswa, yaitu: konsep dan tujuan PBAS, peran
guru dan implementasi PBAS, penerapan PBAS dalam proses pembelajaran, dan
factor yang mempengaruhi keberhasilan PBAS.
B.
Saran
Sebagai
bagian akhir dari pembahasan mengenai “Strategi Pembelajaran Berorientasi
Aktivitas Siswa”, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berpartisipasi dalam menyelesaikan makalah ini dan meminta kritik dan
sarannya untuk perbaikan di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar