Selasa, 21 Oktober 2014

STRATEGI PEMBELAJARAN BERORIENTASI PADA AKTIVITAS SISWA (PBAS)




STRATEGI PEMBELAJARAN

BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA
Makalah Ini Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Strategi Pembelajaran

Dosen Pengampu: H. Wawan Khoerul Anwar, M.Pd.I





 








Di susun oleh:
Dini Pratama
Laeli Siti Badriyah
Nurhasanah


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH ISLAMIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM CIAMIS
2014
 

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohiim.
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Alloh SWT yang telah memberikan segala nikmat-Nya dan dengan nikmat tersebut kami dapat membuat dan menyelesaikan makalah ini sebagai tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kebodohan ke zaman kemajuan.
Dalam pembuatan makalah ini tentunya tidak lepas dari kekurangan. Oleh karena itu, kami ucapkan permohonan maaf kepada semua pihak dan kami haturkan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu  dalam pembuatan makalah ini.
Selanjutnya, kami mengharap kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak karena kami menyadari makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan yang masih jauh dari kesempurnaan.
Akhirnya, mudah-mudahan makalah yang sederhana ini memberikan manfa’at khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa saja yang sempat membacanya.


                                                                        Ciamis, Oktober 2014
                                                                        Penulis










DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..............................................................................................        i
Daftar Isi .......................................................................................................        ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .........................................................................................        1
B. Rumusan Masalah .....................................................................................        2
C. Tujuan Pembahsan ....................................................................................        2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Strategi, Metode, dan Pendekatan Pembelajaran ...................        3
B. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran ..............................................................        5
C. Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran........................................        6
D. Prinsip-prinsip Strategi Pembelajaran dalam Konteks Standar Proses    
 Pendidikan                    7
E. Pembelajaraan Berorientasi Aktivitas Siswa..............................................        10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................................        15
B. Saran .........................................................................................................        16
DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
            Pada mulanya strategi digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Seorang yang berperan mengatur strategi, untuk memenangkan peperangan sebelum melakukan suatu tindakan, ia akan menimbang bagaimana kekuatan pasukan yang dimilikinya baik dilihat dari kuantitas maupun kualitas, selanjutnya ia akan mengumpulkan informasi tentang kekuatan lawan yang akan dihadapinya. Setelah mengetahui semuanya, baru kemudian ia akan menyusun tindakan yang harus ia lakukan.
            Gambaran mengenai itu semua sebenarnya bisa diterapkan oleh kita dalam kehidupan sehari-hari, apalgi untuk seorang pendidik. Seorang pendidik harus menyusun strategi dengan matang sebelum memberikan pembelajaran kepada siswa, agar tujuan yang hendak kita inginkan bisa tercapai dengan semaksimal mungkin.
            Strategi dalam pembelajaran ini menuntut untuk siswa bisa termotivasi untuk belajar, bisa mengeksplorasi pengetahuan yang dimilikinya, berani untuk maju ke depan, dan sebagainya.
            Oleh karena itu,  dalam pembahasan kali ini akan membahas tentang pengertian strategi, metode, dan pendekatan, jenis-jenis pembelajaran, pertimbangan pemilihan strategi pembelajaran, prinsip-prinsip penggunaan strategi pembelajaran, dan pembelajaran brorientasi aktivitas siswa.








B.       Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah “Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa” adalah sebagai berikut:
  1. Apa pengertian dari strategi, metode, dan pendekatan?
  2. Apa saja jenis-jenis strategi pembelajaran?
  3. Bagaimana cara pertimbangan pemilihan strategi pembelajaran?
  4. Apa saja prinsip-prinsip penggunaan strategi pembelajaran dalam konteks strandar proses pendidikan?
  5. Bagaimana pembelajaran berorientasi aktivitas siswa?

C.      Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan pada makalah ini, yaitu sebagai berikut:
  1. Untuk mengetahui pengertian dari strategi, metode, dan pendekatan
  2. Untuk mengetahui jenis-jenis strategi pembelajaran
  3. Untuk mengetahui pertimbangan pemilihan strategi pembelajaran
  4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip penggunaan strategi pembelajaran dalam konteks strandar proses pendidikan
  5. Untuk mengetahui pembelajaran berorientasi aktivitas siswa














BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Strategi, Metode, dan Pendekatan Pembelajaran
Strategi
Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan method, or series of activities designed to achivies a particular educational goal (J.R. David, 1976). Jadi, dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yag didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapat di atas, Dick and Carey (1985) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.
       Metode
Upaya mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal, ini yang dinamakan dengan metode. Ini berarti metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, bisa terjadi satu strategi pembelajaran digunakan beberapa metode.
Strategi berbeda dengan metode. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan kata lain, strategi adalah a plan of operation achieving something; sedangkan metode adalah a way in achieving something.
       Pendekatan
            Istilah lain yang juga memiliki kemiripan dengan strategi adalah pendekatan (approach). Sebenarnya pendekatan berbeda baik dengan strategi maupn metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karena itu, strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu.
                        Roy Killen (1998) misalnya mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred approche) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centred approche). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct intruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif.
       Teknik dan Taktik
            Teknik dan taktik mengajar merupakan penjabaran dari metode pembelajaran.
            Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Mislanya, cara yang bagaimana yang harus dilakukan agar metode ceramah yang dilakukan berjalan efektif dan efisien? Dengan demikian, sebelum seseorang melakukan proses ceramah sebaiknya memperhatikan kondisi dan situasi. Misalnya, berceramah pada siang hari dengan jumlah siswa yang banyak tentu saja akan berbeda jika ceramah itu dilakukan pada pagi hari dengan jumlah siswa yang terbatas.
            Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. Dengan demikian, taktik sifatnya lebih individual. Misalnya, walaupun dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah dalam situasi dan kondisi yang sama, sudah pasti mereka akan melakukannya secara berbeda, misalnya dalam taktik menggunakan gaya bahasa agar materi yang disampaikan mudah dipahami.
            Dari penjelasan di atas, maka dapat ditentukan bahwa suatu strategi pembelajaran yang diterapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan; sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat ditetapkan berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran guru dapat menentukan teknik yang dianggapnya relevan dengan metode, dan penggunaan teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mengkin berbeda antara guru yang satu dengan yang lain  (Wina Sanjaya, 2006: 125-128).

B.       Jenis-jenis Strategi Pembelajaran
Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan. Rowntree (1974) mengelompokkan ke dalam strategi penyampaian-penemuan atau exposition-discovery learning, dan strategi pembelajaran kelompok dan strategi pembelajaran individual atau groups-individual learning.
1.        Strategi Exposition
Strategi ini, bahan pelajaran ini disajikan kepada siswa dalam bentuk jadi dan siswa dituntut untuk menguasai bahan tersebut. Roy Killen menyebutnya dengan strategi pembelajaran langsung (direct intruction). Dikatakan strategi pembelajaran, karena materi pelajaran disajikan begitu saja kepada siswa, siswa tidak dituntut untuk mengolahnya. Kewajiban siswa adalah menguasainya secara penuh. Dengan demikian, dalam strategi ekspositori guru berfungsi sebagai penyampai informasi.
2.        Strategi Discopery
Dalam strategi ini, bahan pelajaran dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa melalui berbagai aktivitas, sehingga tugas tugas guru lebih banyak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswanya. Karena sifatnya yang demikian strategi ini sering juga dinamakan strategi pembelajaran tidak langsung.
3.        Strategi Individual
Strategi belajar individual dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan, kelambatan, dan keberhasilan pembelajaran siswa sangat ditentukan oleh kemampuan individu siswa yang bersangkutan. Contoh dari strategi pembelajaran ini adalah belajar melalui modul, atau belajar bahasa melalui kaset audio.
4.        Strategi Kelompok
Strategi pembelajaran kelompok dilakukan secara beregu. Sekelompok siswa diajar oleh seorang atau beberapa orang guru. Bentuk belajar kelompok itu bisa dalam pembelajaran kelompok besar atau pembelajaran klasikal; atau bisa juga dengan kelompok-kelompok kecil semacam buzz group. Strategi kelompok tidak memerhatikan kecepatan belajar individual. Setiap individu dianggap sama.
5.        Strategi Pembelajaran Deduktif
Strategi pembelajaran deduktif adalah strategi pembelajaran yang dilakukan dengan mempelajari konseo-konsep terlebih dahulu untuk kemudian dicari kesimpulan dan ilustrasi-ilustrasi; atau bahan pelajaran yang dipelajari dimulai dari hal-hal yang abstrak, kemudaian secara perlahan-lahan menuju hal yang konkret. Strategi ini disebut juga starategi pembelajaran umum ke khusus.
6.        Strategi Pembelajaran Induktif
Strategi pembelajaran induktif ini kebalikan dari strategi deduktif, pada strategi ini bahan yang dipelajari dimulai dari hal-hal yang konkret atau contoh-contoh yang kemudian secara perlahan siswa dihadapkan pada materi yang kompleks dan sukar. Strategi ini kerap dinamakan strategi pembelajaran dari khusus ke umum  (Wina Sanjaya, 2006: 128-129).

C.      Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran
Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Ketika kita berpikir informasi dan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu juga kita semestinya berpikir strategi apa yang harus dilakukan agar semua itu dapat tercapai secara efektif dan efisien. Oleh karena itu sebelum menentukan pembelajaran yang dapat digunakan, ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan.
1)        Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai.
-          Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan aspek kognitif, afektif, atau psikomotor?
-          Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, apakah tingkat tinggi atau rendah?
2)        Pertimbangan ang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran.
-          Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum atau teori tertentu?
-          Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan persyaratan tertentu atau tidak?
3)        Pertimbangan dari sudut siswa.
-          Apakah strategi pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan siswa?
-          Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi siswa?
4)        Pertimbangan-pertimbangan lainnya.
-          Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu strategi saja?
-          Apakah strategi itu memiliki nilai efektivitas dan efisiensi?
     Pertanyaan-pertanyaan di atas merupakan bahan pertimbangan dalam menetapkan strategi yang diterapkan. Misalnya untuk mencapai tujuan yang berhubungan dengan aspek kognitif, akan memiliki strategi yang berbeda dengan upaya mencapai tujuan afektif dan psikomotor. Demikian juga halnya, dengan mempelajari bahan pelajaran yang bersifat fakta akan berbeda dengan mempelajari bahan pembuktian suatu teori, dan lain sebagainya  (Wina Sanjaya, 2006: 129-131).

D.      Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran dalam Konteks Standar Proses Pendidikan
Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip dalam bahasa ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan strategi pembelajaran. Prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran adalah bahwa tidak semua strategi pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan dan semua keadaan.
Prinsip-prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran sebagai berikut:
1)        Berorientasi pada Tujuan
            Dalam sistem pembelajaran tujuan merupakan komponen yang utama. Segala aktivitas guru dan siswa, mestilah diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Tujuan pembelajaran dapat menentukan suatu strategi yang harus digunakan guru.
2)        Aktivitas
            Belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa. Aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental.
3)        Individualitas
            Mengajar adalah usaha mengembangkan setiap individu siswa. Walaupun kita mengajar pada sekelompok siswa, namun pada hakikatnya yang ingin kita capai adalah perubahan perilaku setiap siswa.
4)        Integritas
            Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh siswa.    Mengajar bukan hanya mengembangkan kognitif saja, akan tetapi juga meliputi pengembangan aspek afektif dan aspek psikomotor. Oleh karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian siswa secara terintegrasi. Penggunaan metode diskusi, contohnya, guru harus dapat merancang strategi pelaksanaan diskusi tak hanya terbatas pada pengembangan aspek intelektual saja, tetapi harus mendorong siswa agar mereka bisa berkembang secara keseluruhan, misalkan mendorong agar siswa dapat menghargai pendapat orang lain.
            Di samping itu, Bab IV Pasal 19 Pemerintah No. 19 Tahun 2005 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara intekatif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik.
            Sesuai dengan isi peraturan pemerintah di atas, maka ada sejumlah prinsip khusus dalam pengelolaan pembelajaran, sebagai berikut:
ü  Interaktif
            Prinsip interaktif mengandung makna bahwa mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan pengetahuan dari guru ke siswa; akan tetapi mengajar dianggap sebagai proses mengatur lingkungan yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Dengan demikian proses pembelajaran adalah proses interaksi baik antara guru dan siswa, antara siswa dan siswa, maupun antara siswa dengan lingkungannya. Melalui proses interaksi, memungkinkan kemampuan siswa akan berkembang baik mental maupun intelektual.
ü  Inspiratif
            Proses pembelajaran adalah proses yang inspiratif, yang memungkinkan siswa untuk mencoba dan melakukan sesuatu. Berbagi proses dan pemecahan masalah bukan harga mati, yang bersifat mutlak, akan tetapi merupakan hipotesis yang merangsang siswa untuk mau mencoba dan mengujinya. Oleh karena itu, guru mesti membuka berbagai kemungkinan yang dapat dikerjakan siswa. Biarkan siswa berbuat dan berfikir sesuai dengan inspirasi sendiri, sebab pengetahuan pada dasarnya bersifat subjektif yang bisa dimaknai oleh setiap subjek belajar.
ü  Menyenangkan
            Proses pembelajaran adalah proses yang dapat mengembangkan seluruh potensi siswa. Seluruh potensi itu hanya mungkin dapat berkembang manakala siswa terbebas dari rasa takut, dan menegangkan. Oleh karena itu perlu diupayakan agar proses pembelajaran merupakan proses yang menyenangkan (enjoyful learning). Proses pembelajaran bisa dilakukan, pertama, dengan menata ruang yang apik dan menarik, yaitu yang memenuhi unsur kesewhatan, misalnya pengaturan cahaya, ventilasi, dan sebagainya; serta memenuhi unsur keindahan, misalnya cat tembok yang segar dan bersih, bebas dari debu, pas bunga, dan sebagainya. Kedua, melalui pengelolaan pembelajaran yang hidup dan bervariasi, yakni dengan menggunakan pola dan model pembelajaran, media dan sumber belajara yang relevan serta gerakan-gerakan guru yang mampu membangkitkan motivasi belajar siswa.
ü  Menantang
            Proses pembelajaran adalah proses yang menantang siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir, yakni merangsang kerja otak secara maksimal. Kemampuan tersebuat dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rsa ingin tahu siswa melalui kegiatan mencoba-coba, berpikir secara intuitifa atau bereksplorasi. Apa pun yang diberikan dan dilakukan guru harus dapat merangsang siswa untuk berpikir (learning how to learn) dan melakukan (learning ho to do).
ü  Memotivasi
            Motivasi adalah aspek yang sangat penting untuk membelajarkan siswa. Tanpa adanya motivasi, tidak mungkin siswa memiliki kemauan untuk belajar. Oleh karena itu, membangkitkan motivasi merupakan salah satu peran dan tugas guru dalam setiap proses pembelajaran. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang memungkinkan siswa untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Dorongan itu hanya mungkin muncul dalam diri siswa manakala siswa merasa butuh (need). Siswa yang merasa butuh akan bergerak dengan sendirinya untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh sebab itu dalam rangka membangkitkan motivasi, guru harus dapat menunjukan pentingnya pengalaman dan metari belajar bagi kehidupan siswa, dengan demikian siswa akan belajar bukan hanya sekedar untuk memperoleh nilai atau pujian akan tetapi didorongan oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan. (Wina Sanjaya, 2006: 131-135).

E.       Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS)
Dalam strandar proses pendidikan, pembelajaran didesain untuk membelajarkan siswa. Artinya, sistem pembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dengan kata lain, pembelajaran ditekankan atau berorientasi pada aktivitas siswa (PBSA).
Ada beberapa asumsi perlunya pembelajaran berorientasi pada siswa. Pertama, asumsi filosofi tentang pendidikan. Hakikat pendidikan pada dasarnya: a) interaksi manusia, b) pembinaan dan pengembangan potensi manusia, c) berlangsung sepanjang hayat.
Kedua, asumsi tentang siswa sebagai subjek pendidikan. a) siswa bukanlah manusia dalam ukuran mini, akan tetapi manusia yang sedang dalam tahap perkembangan, b) setiap manusia mempunyai kemampuan yang berbeda, c) anak didik pada dasarnya adalah insan aktif, kreatif, dan dinamis dalam mengahadapi lingkungan.
 Ketiga, asumsi tentang guru adalah: a) bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar peserta didik, b) guru memiliki kemampuan professional dalam mengajar, c) guru mempunyai kode etik keguruan.
Keempat, asumsi yang berkaitan dengan proses pengajaran adalah a) bahwa proses pengajaran direncanakan dan dilaksanakan sebagai suatu system, b) peritiwa belajar akan terjadi manakala anak didik berinteraksi dengan lingkungan yng diatur  oleh guru, c) proses pengajaran akan lebih aktif apabila menggunakan metode dan tekik yang tepat dan berdaya guna.

1.        Konsep dan Tujuan PBAS
Ada dua hal yang harus dipahami. Pertama, dipandang dari sisi proses pembelajaran, PBAS menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal, artinya PBAS menghendaki keseimbangan antara aktivitas fisik, mental, termasuk emosional, dan aktivitas intlektual. Kedua, dipandang dari sisi hasil belajar, PBAS menghendaki hasil belajar yang seimbang dan terpadu antara kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. PBAS bertujuan menjadikan siswa bukan hanya cerdas tetapi juga berakhlak.

2.        Peran Guru dalam Implmentasi PBAS
Dalam implementasi PBAS, guru tidak berperan sebagai satu-satunya sumber belajar yang bertugas menuangkan manteri pelajaran kepada siswa, akan tetapi yang lebih penting adalah bagaimana memfasilitasi agar siswa dapat belajar. Oleh karena itu, penerapan PBAS menuntut guru untuk kreatif dan inovatif sehingga mampu menyesuaikan kegiatan mengajarnya dengan gaya dan karakterisik belajar siswa. Untuk itu ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan guru, diantaranya:
ü  Mengemukakan berbagai alternatif tujuan pembelajaran yang harus dicapai sebelum kegiatan pembelajaran dimulai.
ü  Menyusun tugas-tugas belajar bersama siswa.
ü  Memberikan informasi tentang kegiatan pembelajaran yang haus dilakukan.
ü  Memberikan bantuan dan pelayanan kepada siswa yang memerlukannya.
ü  Memberikan motivasi, mendorong siswa untuk belajar, membimbing, dan sebagainya.
ü  Membantu siswa dalam menarik kesimpulan.
Dengan demikian, guru tidak menempatkan diri sebagai sumber informasi, tetapi berperan sebagai petunjuk dan fasilitator dalam memanfaatkan sumber belajar.
3.        Penerapan PBAS dalam Proses Pembelajaran
Salah satu hal yang dapat kita lakukan untuk mengetahui apakah suatu proses pembelajaran memiliki kadar PBAS yang tinggi, sedang, atau lemah, dapat dilihat dari kriteria penerapan PBAS dalam proses pembelajaran. Kreiteria tersebut menggambarkan sejauhmana keterlibatan siswa dlam pembelajaran baik dalam perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran, maupun dalam mengevaluasi hasil pembelajaran. Semakin siswa terlibat dalam ketiga aspek tersebut, maka kadar PBAS semakin tinggi.
a.        Kadar PBAS dilihat dari proses perencanaan
-          Adanya keterlibatan siswa dalam merumuskan tujuan pemebelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan serta pengalaman dan motivasi yang dimiliki sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kegiatan pembelajaran.
-          Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun rancangan pembelajaran.
-          Adanya keterlibatan siswa dalam menentukan dan memilih sumber belajar yang diperlukan.
b.        Kadar PBAS dilihat dari proses pembelajaran
-          Adanya keterlibatan siswa baik secara fisik, mental, emosional maupun intelektual dalam setiap proses pembelajaran.
-          Adanya keinginan siswa untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif.
-          Keterlibatan siswa dalam mencari dan memanfaatkan setiap sumber belajar yang tersedia yang dianggap relevan dengan tujuan pembelajaran.
c.         Kadar PBAS ditinjau dari kegiatan evaluasi pembelajaran
-          Adanya keterlibatan siswa untuk mengevaluasi sendiri hasil pembelajaran yang telah dilakukannya.
-          Keterlibatan siswa secara mandiri untuk melaksanakan kegiatan semacam tes dan tugas-tugas yang harus dikerjakannya.
-          Kemauan siswa untuk menyusun laporan baik tertulis maupun secara lisan berkenaan hasil belajar yang diperolehnya.



4.        Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan PBAS
a.        Guru
Dalam proses pembelajaran dalam kelas, guru merupakan ujung tombak yang sangat menentukan keberhasilan penerapan PBAS, karena guru merupakan orang yang berhadapan langsung dengan siswa. Ada beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan PBAS dipandang dari sudut guru, yaitu:
-          Kemampuan guru
Guru yang memiliki kemampuan tinggi akan bersikap kreatif dan inofatif yang selamanya akan mencoba dan mencoba menerapkan berbagai penemuan baru yang dianggap lebih baik untuk membelajarkan siswa.
-          Sikap profesional guru
Sikap profesioanal guru berhubungan dengan motivasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Guru yang profesioanal selamanya akan berusaha untuk mencapai hasil yang optimal. PBAS tidak akan berhasil diimplementasikan oleh guru yang memiliki motivasi yang rendah.
-          Latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar guru
Latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar guru akan sangat berpengaruh terhadap implementasikan PBAS. Dengan latar belakang pendidikan yang tinggi, memungkinkan guru memiliki pandangan dan wawasan yang luas terhadap variable-variabel pembelajaran seperti pemahaman tentang psikologi anak, unsure lingkungan dan gaya belajar siswa, pemahaman berbagai model, dan metode pembelajaran.
b.        Sarana Belajar
-          Ruang Kelas
Kondisi ruang kelas merupakan faktor yang menentukan keberhasilan penerapan PBAS. Ruang kelas yang terlalu sempit misalnya, akan mempengaruhi kenyamanan siswa dalam belajar, dan juga penataan kondisi tempat duduk siswa. PBAS yang menghendaki siswa aktif, sebaiknya tempat duduk tidak bersifat statis, tetapi seharusnya dinamis.


-          Media dan Sumber Belajar
PBAS merupakan pendekatan pembelajaran yang menggunakan multimetode dan multimedia. Artinya, melalui PBAS siswa memungkinkan untuk belajar dari berbagai sumber informasi secara mandiri, baik dari media grafis seperti buku, majalah, surat kabar, dan lain-lain; atau dari media elektronik seperti radio, computer, video, dan lain-lain.
c.         Lingkungan
Lingkungan belajar merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan PBAS. Ada dua hal yang termasuk ke dalam faktor lingkungan belajar, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan psikologis. Lingkungan fisik meliputi keadaan dan kondisi sekolah misalnya, jumlah kelas, perpustakaan, kantin, dan sebagainya; selain itu keadaan dan jumlah guru, misalnya kesesuaian bidang studi yang melatarbelakangi pendidikan guru dengan mata pelajaran yang diberikannya.
Sedangkan lingkungan psikologis adalah iklim social yang ada di lingkungan sekolah itu. Misalnya, keharmonisan hubungan antara guru dengan guru, antara guru dan kepala sekolah, dan lain-lain. Oleh karena itu, tidak mungkin PBAS dapat diimplementasikan dengan sempurna manakala tidak terjalin hubungan yang baik anatara semua pihak yang terlibat (Wina Sanjaya, 2006: 135-146).













BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
ª      Suatu strategi pembelajaran yang diterapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan; sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat ditetapkan berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran guru dapat menentukan teknik yang dianggapnya relevan dengan metode, dan penggunaan teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mengkin berbeda antara guru yang satu dengan yang lain.
ª      Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan. Rowntree (1974) mengelompokkan ke dalam strategi penyampaian-penemuan atau exposition-discovery learning, dan strategi pembelajaran kelompok dan strategi pembelajaran individual atau groups-individual learning.
ª      Pertimbangan pemilihan strategi pembelajaran yaitu: a) pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai; b) pertimbangan yang berhubungan dengan bahan pembelajaran; c) pertimbangan dari sudut siswa; d) pertimbangan-pertimbangan lainnya.
ª      Prinsip-prinsip penggunaan strategi pembelajaran yaitu: a) berorientasi pada tujuan; b) aktivitas; c) individualitas; d) integritas.
ª      Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara intekatif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik.
ª      Ada beberapa asumsi perlunya pembelajaran berorientasi pada siswa. Pertama, asumsi filosofi tentang pendidikan. Kedua, asumsi tentang siswa sebagai subjek. Ketiga, asumsi tentang guru. Keempat, asumsi yang berkaitan dengan proses pengajaran.
ª      Hal yang menunjukan bahwa mengajar yang didesain guru harus berorientasi pada aktivitas siswa, yaitu: konsep dan tujuan PBAS, peran guru dan implementasi PBAS, penerapan PBAS dalam proses pembelajaran, dan factor yang mempengaruhi keberhasilan PBAS.

B.       Saran
Sebagai bagian akhir dari pembahasan mengenai “Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa”, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam menyelesaikan makalah ini dan meminta kritik dan sarannya untuk perbaikan di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA


Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses    Pendidikan. Jakarta: Kencana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar